Friday, April 16, 2021
Outsylooks
  • Home
  • TRENDING
  • LIFESTYLE
  • CULTURE
  • FASHION
No Result
View All Result
  • Home
  • TRENDING
  • LIFESTYLE
  • CULTURE
  • FASHION
No Result
View All Result
No Result
View All Result

Personal Eco Kit Versi Twins Eco untuk Mengurangi Plastik

OUTSYLOOKS by OUTSYLOOKS
July 22, 2020
in LIFESTYLE, TRENDING
0
0
SHARES
35
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

64 juta ton sampah dihasilkan masyarakat Indonesia pada tahun 2017 di mana 14 persennya merupakan sampah plastik. Indonesia juga menempati urutan kedua penyumbang sampah plastik di lautan versi laporan penelitian Jambeck. Valerie Krasnadewi meyakini Eco Kit dapat mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

Valerie Krasnadewi dan Veronika Krasnasari yang akrab disapa The Twins ini sudah sejak setahun lalu mencoba menerapkan gaya hidup dengan mengurangi penggunaan sampah plastik. Mulai dari personal, mereka beranjak mengajak para pengikut mereka di Instagram dengan gerakan Twns Eco.

Gerakan ini berawal dari keresahan mereka terhadap isu lingkungan, terutama tentang sampah plastik di Indonesia. “Kita mikir daripada kita concern dan stres sendiri ngebacain berita dan campaign orang-orang tentang lingkungan, maka dari itu kita memutuskan untuk mengurangi lebih tepatnya karena pastinya akan sangat sulit untuk bener-bener nggak menggunakan kemasan plastik,” ungkap Valerie 

Valerie mengungkapkan bahwa dirinya terbiasa membawa 3 jenis barang sebagai eco kit-nya, yaitu tempat minum, sedotan stainless steel, serta tas jinjing. Selain itu, dalam kunjungan Jambeck ke Indonesia pada Juni lalu, ia berpesan untuk menggunakan produk dengan komponen plastik yang sangat sedikit, sehingga dapat meminimalisir sampah plastik.

Penggunaan barang-barang daur ulang ini sedikit-banyak dapat mengurangi penggunaan plastik secara personal. Namun, menurut Dr. Gabriel Andari Kristanto, dosen Teknik Lingkungan Universitas Indonesia, adanya pengetahuan yang cukup belum tentu mendorong kesadaran. 

Selaras dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 yang mencatat 72% orang Indonesia tidak peduli dengan sampah. Salah satu bentuk ketidakpeduliannya berupa minimnya orang-orang yang membawa tas jinjing pribadi untuk berbelanja. BPS menemukan baru 18,6 persen orang yang sadar untuk membawa tas jinjing pribadi untuk berbelanja.

Kurangnya kesadaran agaknya dipengaruhi juga oleh integrasi antar lembaga dalam pengelolaan sampah. Valerie menuturkan bahwa dirinya sudah berusaha memilah sampah di rumah, “Jadi kadang-kadang udah milah sampah plastik tapi ujung-ujungnya sama Mama dibuang lagi ke tempat sampah biasa saking lamanya, tertimbun, udah dibawa ke drop box tapi kadang drop box-nya penuh.”

Sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi bom waktu bagi kehidupan. Peneliti asal Universitas Georgia, Jenna R. Jambeck pada tahun 2015 merilis temuan bahwa Indonesia menyumbang sampah plastik ke lautan terbesar kedua setelah Tiongkok dengan angka 0,48 – 1,29 juta ton sampah laut per tahun.

Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2017, diperkirakan Indonesia menghasilkan 64 juta ton sampah setiap tahunnya, di mana 14 persennya merupakan sampah plastik. Melalui pesan singkat (10/12/2019) Novrizal Tahar selaku Direktur Pengelolaan Sampah KLHK menyampaikan, secara rata-rata nasional kapasitas pengelolaan sampah yang baik dan benar baru mencapai 32% yang mana 3% merupakan pengurangan sampah dan 29% penanganan sampah.

Diperlukan integrasi yang kuat dari hulu ke hilir dalam pengelolaan sampah. Di hulu, masyarakat perlu meningkatkan kesadaran mengenai pengurangan dan pengelolaan sampah plastik yang baik. Hal paling sederhana adalah dengan menerapkan eco kit secara personal yang mana dengan sendirinya akan berdampak signifikan jika kesadaran semua orang telah tumbuh. 

Selain itu, dukungan dari pemerintah juga perlu dilakukan. Sejauh ini, pemerintah sudah mencanangkan program cukai plastik dengan menerapkan plastik berbayar di toko ritel di Indonesia. Pemerintah juga telah memberlakukan ekspor barang impor yang mengandung sampah plastik melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor. 102/PMK.04/2019 yang berlaku sejak 22 Juli 2019.

Sementara itu, di bagian hilir perlu adanya peningkatan sistem pengelolaan sampah. Novrizal mengungkapkan, sistem sanitary landfill di TPA yang beroperasi secara baik dan benar baru mencapai 44 persen, sedangkan TPA lainnya masih menggunakan sistem open dumping atau pembuangan akhir terbuka. Sistem sanitary landfill merupakan proses penimbunan sampah pada tanah cekung. Tanah ini kemudian dipadatkan kembali daur ulang

Previous Post

Menjadi Vegan yang Bijak

Next Post

Kurangi Limbah Fashion Lewat Gaya Hidup Minimalis dan Berkelanjutan

OUTSYLOOKS

OUTSYLOOKS

Next Post

Kurangi Limbah Fashion Lewat Gaya Hidup Minimalis dan Berkelanjutan

Discussion about this post

No Result
View All Result

Recent Posts

  • Kabar Baik! Mainan LEGO Akan Hapuskan Kemasan Plastik Sekali Pakai Demi Kebaikan Lingkungan
  • Hindari Pemborosan Listrik Selama WFH
  • Kurangi Limbah Fashion Lewat Gaya Hidup Minimalis dan Berkelanjutan
  • Personal Eco Kit Versi Twins Eco untuk Mengurangi Plastik
  • Menjadi Vegan yang Bijak

Recent Comments

    • Tentang kami
    • Hubungi kami
    • Iklan
    contact: hello@outsylooks.com

    © 2020 OUTSYLOOKS

    No Result
    View All Result
    • Home
    • TRENDING
    • LIFESTYLE
    • CULTURE
    • FASHION

    © 2020 OUTSYLOOKS

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Fill the forms bellow to register

    All fields are required. Log In

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In